Pengejaran dan Pembunuhan Nabi Isa AS.


Pertanyaan Dari:
H. Soekardi NBM 701806, Baturetno
(disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)


Pertanyaan:

Apa sebab “kaum Nasrani yang tidak setuju dakwahnya Isa as, mengejar­-ngejar dan membunuhnya, sekalipun sudah diganti oleh Allah SWT, tetapi toh olehnya Isa as juga dibunuh, kok malah disembah-sembah dan dijadikan Tuhannya?”
  
Jawaban:

Sebelum menjawab substansi-substansi pertanyaan Bapak, kami mohon pengertiannya atas begitu terlambat jawabannya semata-mata soal teknis, karena banyak pertanyaan yang masuk ke Tim Fatwa, sampai-­sampai H. Soekardi menulis surat susulan dua kali, terima kasih atas pengertiannya.

Sehubungan dengan pertanyaan Bapak, terlebih dahulu kita sebagai orang muslim harus merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunah serta memperhatikan kitab-kitab tafsir dan data-data sejarah.

Di dalam al-Qur’an S. an-Nisa’ ayat 157 Allah berfirman:

Artinya: “Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah (mereka menyebut Isa putera Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Isa itu)", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka ………. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” [QS. an-Nisa’ (4): 157]

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan ucapan “mereka” ialah orang-orang Yahudi dan Romawi, bukan orang-orang Nasrani. Anggapan bahwa yang mengejar-ngejar dan membunuh Nabi Isa as adalah orang Nasrani adalah persepsi atau anggapan yang salah. Selanjutnya ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Isa as tidak meninggal karena dibunuh, tetapi yang dibunuh oleh tentara Romawi waktu itu adalah orang lain yang diserupakan (oleh Allah) sebagai Isa as. Orang itu namanya Yahuza al-Askharayuti yang disangka oleh yang membunuh sebagai Isa as.
Begitulah keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir, juga dalam kitab-kitab Injil, antara lain dalam kitab Injil Barnabas. Bahkan dalam ayat 158 S. an-Nisa, Allah berfirman:

بَل رَّفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ...
Artinya: “Tetapi Allah telah mengangkat (Isa as) kepada-Nya.” [QS. an-Nisa’ (4): 157]

Hanya mengenai perkataan “mengangkat” Isa oleh Allah sendiri ada dua penafsiran di kalangan para ahli tafsir, ahli hadis dan para fukaha, dengan memperhatikan sejumlah hadis-hadis Nabi saw serta dipertautkan pula kepada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 55 yang berbunyi

… إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ  
Artinya: “Sesungguhnya Aku (Allah) yang mewafatkan dan mengangkat engkau kepadaku.” [QS. Ali Imran (3): 55]

Masalah ini tidak kami uraikan lebih jauh, karena tidak ada korelasi dan substansinya dengan pertanyaan Bapak.

Barangkali yang perlu kami tambahkan uraian tentang anggapan kaum Nasrani bahwa Nabi Isa as mati dibunuh/disalib atas kemauan Nabi Isa as sendiri, untuk menebus dosa Nabi Adam dan anak cucu keturunannya yang dianggap sebagai dosa warisan. Faham ini pun sebenarnya sangat keliru, sebab Nabi Adam as telah minta ampun kepada Allah dan Allah telah mengampuninya seperti tersebut dalam surat al­-Baqarah ayat 27:


Artinya: “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
[QS. al-Baqarah (2): 37]

Al-Qur’an juga mengajarkan bahwa dosa seseorang tidak ditanggung oleh orang lain. Jadi keyakinan orang Nasrani dalam masalah tersebut sangat-sangat keliru, yang oleh pengarang Tafsir al-Munir Wahbah az-Zuhaili disebut dengan sebutan “dugaan orang Nasrani belaka” (فَهُوَ مِنْ أَوْهَامِ الْمَسِيْة) bahkan tambah Wahbah az-Zuhaili: “Persoalan tebusan dosa itu tidak bisa diterima oleh orang yang berfikir normal” (وَلاَ يَقْبَلُ عَاقِلٌ قَضِيََّةَ الْفِدَاءِ).

Di dalam tafsir al-Manar, as-Sayyid Rasyid Ridha rnenjelaskan tentang asal-usul paham/keyakinan Isa as disalib, sebagai berikut:

أَنَّ قِصَّةَ الصُّلْبِ لَيْسَ لَهَا سَنَدٌ مُتَّصِلٌ إِلَي اْلأَفْرَادِ الَّذِيْنَ رُوِيَتْ عَنْهُمْ، وَأُولَئِكَ اْلأَفْرَادُ الَّذِيْنَ ورَوَوهَا غَيْرَ مَعْرُوفِيْنَ مَعْرِفَةً يَقِينِيَّةً كَمَا يُعْلَمُ مِنْ دَائِرَةِ اْلمَعَارِفِ اْلفَرَنْسِيَّةِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْكُتُبِ الَّتِي أَلَّفَهَا عُلَمَاءُ أُورُوبَةَ اْلأَحْرَارِ. وَإِنَّ الَّذِي يُؤْخَذُ مِنْ مَجْمُوعِ تِلْكَ الرِّوَايَاتِ اْلمُنْقَطِعَةِ اْلإِسْنَادِ أَنَّ أَوَّلَ مَنْ وَضَعَ هَذِهِ الْعَقِيدَةَ النَّصْرَنِيَّةَ اْلمَعْرُوفَةَ اْلآنَ هُوَ بَوْلُسُ اْليَهُودِيُّ الَّذِي كَانَ أَشَدَّ أَعْدَاءِ اْلمَسِيْحِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ... [تفسير المنار المجلد السادس صفحة: 45]

Artinya: “Bahwasannya cerita penyaliban (Isa as) tidak ada sandarannya yang bersambung kepada individu-individu yang diriwayatkan dari mereka. Orang-orang yang meriwayatkan cerita itu benar-benar tidak dikenal secara meyakinkan, sebagaimana diketahui dari Ensiklopedi Perancis dan buku-buku lainnya yang dikarang oleh ilmuwan-ilmuwan Eropa secara bebas, sebenarnya sesuatu yang dapat diperoleh dari kumpulan riwayat-riwayat tersebut yang terputus sandaranya itu adalah bahwa orang pertama yang membuat kepercayaan (aqidah) salib di kalangan orang-orang Nasrani sekarang ini adalah Paulus yang berdarah Yahudi, dia adalah orang yang sangat benci dan memusuhi al-Masih as.”

Bahkan lanjut Rasyid Ridla, Paulus sengaja mengakui dirinya sebagai orang Nasrani supaya apa yang disampaikan dapat dipercaya dan diterima oleh orang-orang Nasrani. Ia tak ubahnya sebagai musang berbulu ayam (munafik).

Hal ini mengingatkan kita kepada peran yang dimainkan Ibnu Saba’ (orang Yahudi) di zaman Islam yang mencoba untuk merusak akidah orang-orang Islam dengan mengatakan bahwa orang yang berhak sebagai khalifah sepeninggal Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib dengan mengambil alasan bahwa Nabi saw pernah mengatakan, kedudukan Nabi saw dan ‘Ali adalah seperti kedudukan Musa as dengan Harun as. Usaha Ibnu Saba’ dapat dikatakan setengah berhasil di masa Khalifah Usman dan Khalifah ‘Ali. Dia dapat mengadudomba antara umat Islam yang mengakibatkan timbul malapetaka besar (الفِتْنَةُ الْكُبْرَى) dengan terbunuhnya Khalifah Usman dan juga peristiwa-peristiwa yang menyedihkan yang menimpa umat Islam di masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.

Kami tegaskan sekali lagi bahwa Isa as tidak dibunuh oleh orang-orang Nasrani dan tidak pula dibunuh oleh orang-orang Yahudi, tetapi yang dibunuh oleh tentara Romawi atas provokasi orang-orang Yahudi adalah orang yang bernama Yahuza al-Ashkarayuti seperti telah kami sebutkan di atas.
Mengenai mengapa kemudian orang-orang Nasrani menjadikan Isa as sebagai Tuhan dan disembah oleh mereka. Hal itu berpangkal pada keyakinan kaum Nasrani bahwa Isa as adalah anak Tuhan, karena Isa as lahir tidak punya bapak yang berupa manusia, oleh orang-orang Nasrani dianggap bahwa Allah telah bertajalli (bersenggama) dengan Maryam. Di dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 30 disebutkan:


Artinya: “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "al-Masih itu putera Allah". Demikianlah itu mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”

Di dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 59 Allah berfirman:



Artinya: “Sesungguhnya issal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.”

Sehubungan dengan ayat ini, Ibnu Katsir berkomentar:
وَفِي هَذِهِ اْلأَيَةِ اْلكَرِيْمَةِ أَرَادَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَي أَنْ يَظْهَرَ قُدْرَتَهُ لِخَلْقِهِ حِينَ خَلَقَ آدَمَ لاَ مِنْ ذَكَرٍ وَلاَ مِنْ أُنْثَى وَخَلَقَ حَوَاءَ مِنْ ذَكَرٍ بَلاَ أُنْثَى وَخَلَقَ عِيسَى مِنْ أُنْثَى بِلاَ ذَكَرٍ كَمَا خَلَقَ بَقِيَّةَ اْلخَلْقِ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى [تفسير القرآن العظيم: 1: 323]

Artinya: “Di dalam ayat mulia ini Allah Tabaraka wata’ala bermaksud untuk menampakkan kekuasaannya bagi makhluk-Nya ketika Ia menciptakan Adam tidak dan laki-laki (ayah) dan tidak dari perempuan (ibu), dan Dia menciptakan Hawa’ dari laki (Adam) tanpa perempuan (ibu) dan Dia menciptakan Isa dari perempuan (ada ibu) tanpa laki-laki (ayah) sebagaimana Dia telah menciptakan makhluk lainnya dari laki (ada ayah) dan perempuan (ada ibu).” [Tasir al-Qur’an al-Adhim, I: 323]

Menurut/ sepanjang penyelidikan kami ayat 59 Surat Ali ’Imran ini turun sehubungan dengan perilaku orang-orang Nasrani Najran dimana mereka menjadikan kelahiran al-Masih as yang bersifat mu’jizat itu sebagai dalil atas ketuhanan isa as dan sebagai anak Allah, lalu turun ayat di atas merespon perilaku salah mereka itu dalam anggapan yang demikian itu. [baca حَيَاةُ اْلمَسِيحِ , karangan dari Hanan Qarquni hal 150]

Dengan uraian singkat ini kiranya sudah terjawab dua substansi dalam pertanyaan itu, yaitu mengapa Isa as dikejar-kejar dan ingin membunuhnya, serta mengapa Isa itu disembah dan dijadikan Tuhan oleh orang-orang Nasrani. Semoga jawaban ini bermanfaat bagi Bapak dan teman-teman Bapak lainnya dan teruskan berda’wah.

Wallahu a’lam bish-shawab. th*)


 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah